Sahabat
! ya engkaulah sahabat. Dahulu hanya ada aku dan kamu. Seiring berjalannya
waktu, berbagai teman aku miliki. Hingga pada akhirnya aku mulai nyaman
berteman dengan kalian dan mulai mempercayai kalian sebagai sahabatku. Dahulu
yang hanya ada aku dan kamu dalam sebuah kata sahabat, kini.. aku dan kamu
berubah menjadi KITA. Bukan hanya aku dan kamu lagi yang menjalin sebuah
persahabatan tetapi, KITA. Aku bahagia dan bangga memiliki sahabat (Orang yang
rugi ialah orang yang tidak memperoleh sahabat, dan orang yang paling rugi
ialah orang yang ditinggalkan sahabat). Cukup lama kita besahabat, semakin
dekat, hingga jiwa terasa bersatu. Persahabatan ini ibarat tembok yang berdiri
kuat dan kokoh. Tetapi keanehan pun kini ku rasakan. Perubahan yang kini
terjadi pada dirimu hanya karena dia dan sebuah cinta. Ya.. dia yang kini hadir
dihidupmu membawa engkau pergi perlahan. Salah satu sifat persahabatan seperti
yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali ialah
jika engkau berselisih paham, niscaya ia lebih senang mengalah untuk
kepentingan persahabatan. Faktanya pun berbeda, benih cinta yang baru
tumbuh itu begitu kuat sehingga mengalahkan jiwa persahabatan yang telah cukup
lama ada dibenakmu. Kepedulian seorang sahabat pun kini salah kau artikan.
Entah mungkin karena engkau jenuh atau mungkin karena hal lainnyakah alasan
kepedulian itu kau abaikan. Ternyata jiwa persahabatanmu lemah sehingga salah
mengartikan tentang makna sahabat. Waktu dan kepedulian kita pun kini telah kau
abaikan. Kau hanya memandang kita semata-mata hanya teman karena biasanya teman
cenderung tidak mau perduli, walaupun tidak semuanya seperti itu. Selalu salah
dan kalah, ya.. itulah kita sahabatmu. Layaknya seperti kata mutiara ini “Jika terpaksa harus kalah, maka jadilah
pecundang terhormat daripada kalah sebelum berjuang padahal sebenarnya sahabat
berhak menjadi pemenang mulia”. Canda, tawa, keceriaan, semua telah luntur
dan pudar diantara kita. Kebersamaan pun kini telah sulit kita dapatkan. Sadarkah kamu? Perlahan persahabatan ini retak
hingga kemudian pun hancur menjadi puing-puing tak berarti. Terlalu sibukkah
dirimu hingga kau lupa atau bahkan kau tak perduli satu persatu sahabatmu kini
telah hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar