tulisan bergerak

Selamat Datang di Sahabat Blog :) Terimakasih telah mengunjungi blog ini dan jangan lupa difollow ya sobat

Minggu, 07 Desember 2014

Film Pendek - For Friendship

Hai sobaattt ... buat kalian sahabat wanita , pernahkah kalian menyukai seseorang lelaki?
pasti pernah ya sobat hehe. tapi, bagaimana jikalau kamu menyukai seorang lelaki yang ternyata disukai pula oleh sahabatmu? hem.
Berikut kisah dua orang perempuan yang telah sejak lama bersahabat, di uji persahabatannya dengan hadirnya seorang lelaki yang saling disukai kedalam kehidupan mereka. Ada canda, tawa, sedih dan tangis dalam cerita mereka. Hingga akhirnya memutuskan suatu keputusan yg terbaik untuk persahabatan mereka.
yuk mari ditonton filmnya sobat ;)



bagaimana pendapatmu setelah menonton film tersebut?
seru? sedih? atau menyenangkankah?
intinya ambil hikmah serta nilai posotif dari film ini ya sobat dan.. jaga terus sahabatmu ya para sobat:)
dia adalah salah satu bagian terpenting dalam hidupmu.

(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=1o7kC8lWC3A)

Jumat, 05 Desember 2014

Sahabat Tak Sebanding Dengan Pacar



Karya : Phy


“ Mata ini tak mampu memandang kebenaran yang Haq, hanya hati yang sanggup merasakan manakah yang benar dan mana yang salah. Kebenaran yang dilihat oleh mata kadang tak sama dengan apa yang dirasakan oleh hati. Mata mampu mengelabui setiap kejadian didepannya tapi tak ada satupun yang mampu mengelebui mata hati kita. “
Dan itu lah yang terjadi pada dua kawan yang menjadi lawan. Reika gadis biasa dari keluarga sederhana ia memiliki sikap toleran kepada sesama, rendah hati dan ramah. Ia memiliki seorang sahabat yang sangat ia sayangi namanya Aulia, ia anak orang kaya keluarganya begitu memanjakan Aulia. Namun, ia tak bangga atas kekayaan yang dimiliki orang tuanya, baginya kasih sayang lah yang sangat berharga.
Mereka bersahabat sejak SMP, dan sekarang mereka juga satu sekolah di SMA favorit di salah satu kota Bandung, Reika mendapat beasiswa disekolah tersebut sedangkan Aulia adalah anak pemilik dari Yayasan sekolah tersebut. Mereka seperti kakak adik kemana-mana selalu bareng, prestasi mereka juga selalu bersaing. Namun, keduanya sangat sportif dan tak mempermasalahkannya. Kebersamaan mereka sampai membuat orang-orang yang melihatnya iri, tak terkecuali Rinda anak kepala sekolah yang sangat manja, apapun kehendaknya harus selalu dituruti.
Hingga suatu hari ia mempunyai rencana untuk memisahkan dua sahabat ini. Ia meminta bantuan kepada Randa saudara kembarnya untuk mendekati mereka berdua yaitu Aulia dan Reika agar mereka mengira bahwa Randa menyukai mereka. Akhirnya Randa pun menjalankan rencana mereka itu. Randa mendekati satu persatu baik Aulia maupun Reika. Ternyata baik Aulia maupun Reika juga suka kepada Randa. Akhirnya Reika yang mengalah biarlah Randa dengan Aulia toh mereka juga cocok.
Akhir-akhir ini, Aulia jarang banget bareng sama Reika. Karena ia lebih sering diajak jalan bareng sama Randa. Dan itu kesempatan buat Rinda untuk mengahasut keduanya (Reika & Aulia). Hingga akhirnya Aulia sangat membenci Reika, ia beranggapan bahwa Reika adalah sahabat yang hanya memanfaatkan kekayaannya saja. Ia juga menuduh Reika bahwa dirinya tidak suka melihat Aulia dan Randa pacaran. Karena sebenarnya ia juga suka dengan Randa. Tuduhan demi tuduhan dihantamkan Aulia kepada Reika. Reika yang memang tidak seperti itu adanya mencoba membela diri dan menjelaskan apa adanya kepada Aulia. Namun, Aulia sudah buta oleh hasutan Rinda dan Randa.
Reika menyesalkan sikap Aulia yang seperti itu, ia sangat menyayangkan perubahan yang terjadi pada Aulia. “Kenapa, ada apa dengan mu Aulia?” bisik Reika ditengah hujan yang sedang menemani langkah pulang sekolahnya. Beruntung hujan turun saat itu sehingga tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya ia sedang menangis, terluka hatinya oleh pisau yang ditancapkan oleh sahabatnya sendiri. Aulia tak lagi memandangnya sebagai sahabat. “Ya Tuhan inikah seorang kawan yang berubah menjadi lawan?” bisiknya lagi sambil menangis.
Mana Reika dan Aulia yang dulu, yang selalu bersama kemana-mana. Yang selalu kompak dalam segala hal. Mulai hari itu suasana sekolah tak dihiasi oleh tawa mereka. Semua seisi sekolah merindukan akan tawa mereka. Hanya Rinda yang merasa bahagia akan hancurnya persahabatan Reika dan Aulia. Reika sangat bersedih akan kejadian ini.
Hingga suatu hari, Aulia yang berniat akan menemui Randa dikelasnya tidak sengaja mendengar percakapan Randa dan Rinda mengenai dirinya dan Reika. Sontak itu membuatnya kaget, tak disangka ternyata mereka tega melakukan itu kepadanya. Tanpa pikir panjang Aulia langsung memutuskan Randa dan menampar mereka berdua yang dengan sengaja merencanakan semua itu.
Aulia berlari sambil menangis menuju kelas Reika, sambil menyesali sikapnya yang telah mengorbankan persahabatannya demi laki-laki yang hanya mempermainkan dirinya untuk memisahkannya denagn Reika. Namun, sesampainya dikelas ia tidak mendapati Reika dibangkunya. Ia menanyakan kepada teman sekelasnya, dan ternyata sudah 3 hari ini Reika tidak masuk sekolah, kabar terakhir katanya ia masuk rumah sakit.
Serasa disambar petir disiang bolong, hatinya menangis kenapa ia sampai tidak tahu kalau Reika masuk rumah sakit. Sakit parahkah ia hingga harus dirawat di rumah sakit. Setahu ia, Reika tidak punya penyakit apa-apa. Setelah sampainya dirumah sakit ia bertemu dengan ibunya Reika, beliau kelihatan sedih dan pasrah duduk didepan ruang ICU. Aulia semakin takut, sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan Reika. Tak berapa lama dokter keluar dari ruangan ICU, ia berkata “ibu, yang tabah serta jangan henti2nya mendoakan Reika, kita hanya bisa menunggu keajaiban dari-Nya. Refleks ibunya Reika semakin keras nangisnya. Tubuhku, serasa lemas jantungku berdetak kencang. Ya Tuhan, sebenarnya apa yang terjadi dengan Reika. Maafkan aku Reika, maafin semua kejadian kemarin, bisik Aulia dalam hati sambil terus berjatuhan air mata dipipinya. Setelah cukup tenang, ibunya Reika cerita bahwa sebenarnya Reika mengidap sakit Leukimia sejak 2 tahun terakhir ini. Ia menyembunyikan penyakitnya dari orang2 yang ia sayangi, termasuk ibu dan sahabatnya.
Lagi-lagi petir itu menyambar tepat dihatinya Aulia, kabar ini membuatnya semakin merasa bersalah kepada Reika. Sebelum dirawat dirumah sakit Reika menitipkan surat kepada ibunya untuk diberikan kepada Aulia. Reika juga bercerita kepada ibunya tentang selisih antara keduanya, tapi Reika sama sekali tidak pernah dendam kepada sahabatnya itu, ia justru sangat bersyukur memiliki seorang sahabat seperti Aulia.
Aulia masuk keruangan Reika dirawat, setelah mengungkapkan semuanya dan meminta maaf kepada Reika, tak lama Reika siuman dan senyum kepada Aulia sambil berkata “aku telah memaafkanmu jauh sebelum kamu mengetahui tentang rencana mereka”. Tak lama kemudian Reika kembali meutup mata untuk selama2nya, air mata Aulia membanjiri ruangan sambil memeluk sahabatnya ia berbisik kau kawan bukan lawan bagiku. Terima kasih dan maaf atas semua perbuatan ku. Tunggu aku disana sahabatku, Reika.

(Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/sahabat-tak-sebanding-dengan-pacar.html)

CUKUP SATU TEMAN

Karya : Al Kausarz Sabani
Hmmm… aku berpikir liburan tahun ini, terasa tak berarti bagiku, bagaimana mungkin hari yang paling ditunggu tunggu oleh kebanyakan anak sekolah malah menjadi kekosongan untuk ku. Betapa tidak kosong, teman temanku pada pulang kampung semua, loh aku tinggal sendirian di kampung ini. Tapi tiba tiba
“usaar…” sahut seorang memanggil ku dari luar rumah.
“Iya..” kaget rupanya ada satu temanku yang tidak pulang kampung.
“oh apa ndar? Kamu gak pulkam?” tanya aku sambil menoleh keluar pintu.
“Gak punya kampung.” jawabnya sambil tertawa.
“tunggu apa lagi diluar, mau aku anggap kamu pengemis?” aku meledeknya
“eet, jangan becanda, nanti jadi kenyataan, aku terus datang terus ke rumah ini pasti untuk minta minta” ujarnya balik meledek
“haha ya udah, masuk kalo gitu”
Ia namaku Kausar biasa dipanggil Usar, aku kelas 3 SMK dan sebentar lagi lulus, amin. Dan nama temanku nandar seorang anak aneh, yang tidak bisa diam.
“main catur aja yuk!” pinta nandar.
“siapa takut” jawabku percaya diri.
Kami berdua main selama tiga jam. Permainan catur memang cukup lama dalam satu set nya, namun disitulah letak kesabaran kita di uji.
Akhirnya nandar pun menang empat kali, dan aku hanya dua kali, jadi ia meminta aku dihukum, untuk mencium lantai sebanyak 50 kali. Ini hukuman yang paling tidak kusuka, tapi berkat dia hari ini menjadi seru. Nandar pun pulang ke rumahnya.
Ku kira hari liburan yang kosong ini akan tetap menjadi kekosongan di hari pertama liburan sekolahku, tapi tidak setelah seorang Nandar datang ke rumahku. Terkadang hanya seorang temanlah yang mengeluarkan kita dari neraka yang bernama ‘kesepian’.
(Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/cukup-satu-teman.html)

KETIKA SAHABAT MENJADI MUSUH

Karya : Karren



Pagi itu, Rachel bangun dengan semangat 45.. ia mandi lalu berpakaian, pagi itu dia memakai tank top pink berbalut cardigan warna abu abu dan celana pendek berbahan kain, selesai sarapan ia langsung menelfon sahabatnya, Narry. “Haalooo.. ini siapa yaa” jawab Narry dengan suara ngantuk, “Narry!! Bangunn!! Ini udah siang banget!! Jangan tidur mulu dong!” Teriak Rachel di telfon, “Hoii! Ga usah teriak teriak juga kaleee.. telinga gue bisa pecah denger suara lo yang kayak bariton itu!” teriak Narry yang seketika bangun mendengar teriakan Rachel tadi.. “Okay sis.. sekarang, mending elo mandi, trus temenin gue ke toko buku” balas Rachel yang sudah tidak sabar ingin ke toko buku sejak 1 bulan yang lalu, ia suka hunting novel teenlit.
Ngomong ngomong tentang sahabatnya, Narry suka merebut cowok yang diincar Rachel, tapi rachel tetap merasa itu wajar kalau cowok yang ia taksir cepat lepas dari dia lalu berpindah ke Narry, karena perbedaan antara Rachel dan Narry itu jauh banget. Narry itu langsing, putih, cantik, rambutnya panjang kecoklat-coklatan, matanya coklat, trus anak dance lagi! Sedangkan Rachel? Beratnya 68, ukuran celananya 30, sedikit berjerawat, kulitnya sawo matang, rambutnya sedang rada kecoklat-coklatan, matanya coklat (maaf jika ada yang tersinggung). Antara 2 orang ini, yang sama itu cuma rambut sama matanya.. Selain itu, bertolak belakang..
Sampai suatu saat.. Rachel menyukai salah satu kakak kelasnya yang bernama Dennis.. mereka selisih 1 tahun.. Rachel dan Narry kelas 1 SMA sedangkan Dennis kelas 2 SMA, Dennis itu orangnya cuek tapi romantis, baik, ganteng, ramah, anak basket dan yaaah pokoknya top deh! Udah denger gitu.. Rachel jadi sempet putus asa.. tapi Rachel nggak mau kecolongan lagi kayak dulu.. Kali ini dia tidak memberitahu Narry tentang perasaannya ke Dennis..
1 tahun kemudian.. Rachel masih stuck di Dennis Sekarang Rachel dan Narry kelas 2 SMA sedangkan Dennis kelas 3 SMA.. Semuanya mash berjalan mulus selama 1 tahun sampai suatu hari.. Rachel memberitahu Narry tentang perasaannya ke Dennis karena Rachel merasa tidak ada tempat untuk curhat selain Narry..
Di kantin..
“Ner, sebenarnya aku suka sama Dennis anak IPA 1 kls 12 itu.. Yang anak basket.. Kamu tau kan?” Aku Rachel.. “Aku tau kok.. Yang duduk di meja paling depan itu kan? Dia dari tadi liatin kita terus loh” kata Narry.
“Masa? Serius kamu Nar? Jangan bercanda.. Dia nggak mungkin lihat ke sini..” Balas Rachel tak percaya.. “Nggak percaya? Lihat aja sendiri..” Kata Narry dengan bibirnya menunjuk ke arah meja paling depan.. Rachel membelakangi meja depan.. Lalu dia menoleh dan.. DENNIS MELIHAT KE ARAH MEREKA TERUS!! Rachel langsung menoleh balik dengan salting…
Sejak saat itu, Rachel dan Dennis jadi lebih dekat dengan bantuan Narry..
Sampai suatu hari Dennis mengajak Rachel ke suatu tempat.. ke sebuah resto yang lumayan terkenal di kota ini.. suasananya romantis sekali.. Malam itu, Rachel tampak cantik dengan mini dress warna soft pink yang dipilihkan oleh mamanya dan rambutnya yang dibiarkan tergerai dengan indah.. “Rachel? Bener kamu Rachel? Bukan putri yang datang dari kayangan?” Goda Dennis yang kaget melihat penampilan Rachel yang keluar dari pintu masuk resto tersebut.. “Ihh.. Kamu.. Lebay deh” balas Rachel dengan tersipu malu..
Setelah memesan makanan, inilah saat yang ditunggu tunggu oleh Dennis.. Tiba tiba Dennis mengeluarkan seikat mawar yang telah dihias dengan indah.. Dennis bersujud di depan Rachel.. Lalu ia berkata “Rachel, sejak pertama aku mengenalmu, aku telah jatuh hati padamu, mataku hanya dapat melihatmu seorang, hatiku hanya untukmu, apakah engkau mau jadi pacarku?” Dennis mengakui perasaannya.. Membuat jantung Rachel tak menentu.. Tapi sebelum Rachel menjawab, ada yang datang dan mengacaukan acara mereka “Tunggu!! Aku juga mncintai Dennis! Dan aku juga ingin bersamanya!” Teriak perempuan cantik itu di depan Rachel.. “Dennis, apakah dirimu di alam bawah sadarmu? Kenapa kau memilih perempuan ini?! Apakah seleramu serendah ini?! Apakah seleramu adalah cewek seperti dia ini? Yang.. yaa kau taulah.. (Maaf jika ada yang tersinggung).” Kata perempuan itu pada Dennis dengan menatap sinis Rachel dari atas sampai bawah. Saat itu juga, tangan kiri Rachel menarik perempuan itu untuk menghadapnya lalu tangan kanannya langsung melayang ke pipi perempuan tersebut. “Dasar! Perempuan tak tau malu kamu Narry!! Dari dulu kamu selalu merebut apapun yang aku mau! Kamu ingat Harry? Cowok yang pernah kuincar dulu.. kamu merebutnya.. Dan kamu ingat Tony? Kamu juga merebutnya! Dan aku memaafkan mu untuk 2 dejavu tersebut! Dan sekarang? Apakah kamu juga mau merebut Dennis dari aku? Kali ini aku tak akan melepaskan Dennis! Dan jangan harap aku akan memaafkan mu atas penghinaan yang secara tidak langsung! Jangan harap aku akan memaafkan mu!!” bentak Rachel pada Narry yang sekarang sudah terdiam mendengar perkataan Rachel..
Rachel langsung menarik tangan Dennis dan pergi meninggalkan restoran tersebut dengan meninggalkan Narry sendirian dengan mata yang berkaca kaca.. Sebelum meninggalkan resto tersebut, Dennis berhenti dan berbalik, lalu berkata “Narry, aku lebih memilih Rachel.. Dan ingat! Walaupun kamu cantik, tapi sifatmu begitu busuknya, kamu akan tampak lebih buruk dari sifatmu itu!” sembur Dennis yang lalu melanjutkan langkah kakinya keluar dari resto tersebut.. Narry langsung jatuh terduduk di tempat sedaritadi dia berdiri.. Sejak saat itu, perang dunia ke-3 mulai berlangsung antara Rachel dan Narry.
(Sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/ketika-sahabat-menjadi-musuh.html)

SAHABAT JADI CINTA

Karya : Widyadewi Metta



Pernahkah kamu merasakan hidup yang tak sebenarnya hidup? Dimana tubuhmu masih mampu berdiri tegak, dan kakimu masih menapak tanah – tapi sukma entah melayang ke mana. Detak jantungmu berdenting palsu, nadimu tak sungguhan berdenyut, darah hanya pura-pura mengalir, dan sistem pernapasan hanya menjadi teori.
Kemudian tanganmu yang senyatanya sedingin es di kutub utara, harus menyalami tangan-tangan yang berharap mendapat sambutan uluranmu. Bibir pucatmu di tuntut untuk terus tersenyum pada wajah-wajah baru yang pagi ini membuka harimu, pada – sekolah baru.


Papa memisahkanku dari orang-orang yang begitu kucintai dan mencintaiku. Papa telah menghapus separuh dari rajutan mimpiku. Tapi bagaimanapun juga jalan ini sudah terlanjur ku ambil. Aku telah memutuskan mengikutinya ke kota budaya – Surakarta.



Baiklah, aku cukup bahagia karena keputusanku membuahkan senyum manis di bibir beliau.
“Kamu belum mendapat teman?” Tanya seseorang. Suaranya sangat asing di telinga.
“Maksudmu?”
“Ya.. maksudnya… kenapa sendirian gitu di sini? Kamu murid pindahan dari Tangerang, kan?”
“Iya, benar. Aku memang pengen sendiri aja. Membaca berteman kesunyian itu lebih menyenangkan.” Jelasku.
Lelaki itu tersenyum, lalu duduk di kursi depanku.
“Tapi menurutku, kamu tidak sedingin ini sewaktu di Tangerang.” Ungkapnya.
Aku tercekat oleh komentarnya yang sangat tepat. Dia seperti memanah udara namun anak panahnya meluncur dan menancap tepat pada perut kidang emas.
“Kamu terlalu percaya diri melontarkan komentar itu.” Cetusku lalu pergi meninggalkannya.






Sore ini kuputuskan untuk beranjak dari rumah. Sebenarnya Papa melarang karena aku belum hafal daerah ini. Tapi karena kesuntukan yang menimpuk bertubi-tubi akupun nekad untuk keluar rumah. Mumpung Mama sedang reuni dengan sahabat-sahabatnya entah di mana, dan Papa tidak ada di rumah – untuk apa aku berdiam?



Buku gambar tebal seukuran buku tulis, pensil, serta drawing pen telah ku kemas dalam tas, dan handphone kumasukkan ke saku celana. Akupun meluncur dari rumah.



Keasrian Kota Solo sedikit menghidupkanku. Ada sepercik nyawa yang masuk dalam tubuhku. Aku harus percaya, bawa kebahagiaan akan kutemukan di sini. Akan ku jemput cahaya yang kini masih bersembunyi di balik debu-debu memori. Mungkin cahaya itu masih engan menampakkan diri, karena hatiku sendiri masih tertutupi kabut tebal yang belum mampu mencintai cahaya.



Aku berhenti di seberang Pasar Ngarsapura. Kursi yang melingkari pohon asam itu menarik tubuhku untuk mendudukinya. Keunikan Pasar Ngarsapura sukses menyita segenap perhatianku. Pensilpun mulai memanggil-manggil untuk segera kugoreskan pada kertas.
“Kamu hobi menggambar juga?”
Kali ini suara itu tak asing lagi di telingaku. Hanya saja aku lupa – pernah mendengarnya kapan, dan di mana.
“Kamu lagi?” Heranku begitu melihat laki-laki berkalung kamera – yang beberapa waktu lalu mengusik ketenanganku di perpustkaan, kini berada di depanku.
Dia terkekeh mendengarnya. “Ini kotaku. Jadi, ya, wajar kalau kamu terus menemuiku di sini.” Jawabnya santai.
“Tapi Solo kan luas. Kenapa tetep aja aku harus ketemu kamu?” Balasku.
Tanpa permisi, dia langsung duduk di sebelahku. Matanya menyapu seisi jalanan, kemudian melirik buku gambarku.
“Coba aku tanya sama kamu.” Katanya. “Kenapa pensil ini kamu goreskan pertama kali di sini?” Tanyanya sambil menunjuk lengkungan yang baru saja kubuat.
“karena aku pengen mulainya dari sini.” Jawabku.
“Supaya?” Tanyanya lagi.
“Supaya dapet hasil yang baik lah.”
“Nah, mungkin Tuhan juga demikian bila kita tanya, ‘Mengapa detik ini kami harus dipertemukan di sini?’ ” Jelasnya sambil mengangkat kamera.
Senyumkupun akhirnya merekah karenanya. Kali ini bukan senyum pura-pura. Aku suka dengan caranya mengumpamakan. Entah mengapa, kesejukan sorot matanya begitu cepat ku tangkap.
“Kamu suka matahari?” Tanya lelaki itu. Aku tertegun.
“Tau dari mana?” Aku balik bertanya.
“Menebak saja. Setauku, kamu penulis novel ‘Aku dan Matahari’. Dari tulisanmu – bisa dirasain kalau begitu menyukai matahari.” Jelasnya. “Kamu Inara Sabrina, kan?”
Untuk ke-sekian kalinya ia membuatku tertegun. Kali ini ada dua hal sekaligus yang membungkamkan bibirku. Satu, dia membuatku ingat bahwa aku pernah mencintai cahaya. Dua, novel yang hanya kuterbitkan self publishing dengan promosi yang jarang di guris – bisa sampai ke tangannya?
“Kamu jangan gampang bengong gitu dong!” Tegurnya sambil menyikut lenganku.
“Eng, kamu tau novelku? Loh, itukan novel yang langsung terbenam setelah tebit.” Ujarku dengan suara berat.
“Novelmu itu bagus, aku suka dengan caramu bercerita. Kamu kurang berani saja mengirimnya ke penerbit ternama – padahal aku yakin novelmu bakal diterima.” Tuturnya.
“Kamu yakin?” Tanyaku lirih.
“Sangat yakin.”
Laki-laki itu bangkit dari duduknya. Ia memotret sudut-sudut yang memancing perhatiannya.
Kalau di pikir-pikir – dia hebat juga. Selain pandai membuatku terbengong-bengong, di juga paling bisa membuat otakku tak lagi kritis untuk berdebat.
“Pulang yuk, keburu gelap. Oh iya, besok pulang sekolah – kamu ikut aku ya.” Ujarnya.
“Kemana?” Tanyaku.
“Ke suatu tempat. Percaya aja sama aku.”






Sampai sekarang, aku belum tau siapa nama laki-laki pembawa kamera itu. Kami tidak satu kelas, dan aku bertemu dengannya hanya pada saat pulang – dimana aku tidak dapat membaca nama dada yang sudah tertutup jaket.



Ternyata dia membawaku ke sanggar melukis milik kakaknya. Seperti yang ia katakan di sekolah – banyak ruang yang dapat di lukis di sini. Sepertinya aku lebih betah berada di sini daripada di rumah, terutama bila dengannya.
“Kenapa kamu suka matahari?” Tanyanya sembari mengajakku duduk di ayunan pinggir sungai.
“Karena matahari selalu memberi tanpa pamrih.” Jawabku dengan menyuguhkan senyum kecil. “Ia berikan sinarnya untuk kehidupan manusia, kemudian ia bagikan pula untuk rembulan.” Tambahku.
“Setuju.” Ucapnya sambil manggut-manggut.
“Oh iya, aku belum tau siapa namamu.” Kataku.
“Namaku sama seperti tokoh laki-laki di novel pertamamu, yang akhirnya mendapakan cinta Ratih.”
“Aditya?” Tanyaku dengan mulut menganga.
“Iya. Matahari.” Jawabnya lalu tertawa renyah – sangat renyah dan sejuk di celah gemuruh aliran air sungai. “Panggil saja Adit.” Lanjutnya dengan senyuman.
Bila detik ini aku diberi kanvas, akan kulukis wajah manisnya. Atau kalau boleh kurampas kameranya, tentu langsung kupotret wajah itu.
“Mau melukis yang sebelah mana?” Tanya Adit.
“Sebelah sana. Pantulan sinar mataharinya bikin jatuh cinta.” Jawabku bersemangat.
“Tidak boleh. Aku juga mau memotret sebelah sana.” Larangnya.
“Ya sudah, silakan di potret. Aku tidak akan mengganggumu.” Ujarku. “Masa sih, seorang Aditya berebut sinar matahari dengan dengan Inara?”
Adit tergelak, kemudian melangkahkan kakinya menjauhiku.



Nama yang dia punya tak jauh berbeda dengan sosoknya. Dia sama seperti matahari. karena tanpa kusadari – dia telah menyinari labirin-labirin hatiku yang telah cukup lama kujauhkan dari cahaya.
Bila suatu hari dirinya utuh menjadi milikku, aku akan memonopoli sinarnya. Sinar terangnya – hanya aku yang boleh mempunyai. Sedangkan berkas-berkas tipis lainnya – kuikhlaskan untuk dimiliki siapapun. Mengapa aku berpikir sampai situ?






Siapa yang mengira bahwa waktu yang selama ini kucaci karena berjalan tertatih-tatih, kini kembali kucaci karena kecepatannya melangkah. Kurasa, kali ini waktu keterlaluan dalam berputar!
Kupikir tidak akan ada lagi bahagia yang kutemukan setelah Papa memindahkanku kemari. Kupikir aku tidak akan bisa lagi melukis apalagi menulis. Tidak ada inspirasi. Kupikir aku akan pensiun dari seorang pemimpi karena ketakutanku sendiri. Kupikir aku tidak mungkin bisa kembali melihat cahaya sebagaimana mestinya. Dan kupikir, tubuhku akan mati dibekukan sang waktu.
Nyatanya? Kenyataan terpapar karena Aditya.
Dialah orang pertama yang mempertemukanku dengan bahagia di tempat ini. Dia kekuatanku dalam melukis dan menulis. Bukan sekedar inspirasi. Dia yang membuatku tak pernah takut untuk bermimpi. Dia pula yang membuatku bisa kembali melihat cahaya – lebih dari sebagaimana mestinya. karena adanya dia dalam alur kisahku – ingin kubekukan waktu.



Kini 6 bulan telah berlalu. Sampailah aku dalam libur semester pertama di sekolah baruku. Selama inilah aku mengenal Adit. Memang baru sebentar, namun udara yang tak nampakpun tau bahwa telah banyak makna yang kudapat dari mengenalnya.
Tapi tetap saja aku tidak tau – apa makna hadirku dalam segi kehidupannya. Sebatas objek yang menarik perhatiannya untuk di potret kemudian di tinggal?
“Tiga puluh menit lagi kita sampai di Jogja.” Ujar Adit memecah kesunyian.
“Jangan ada yang ketinggalan di kereta.” Pesanku, dia mengangguk.
“Ra, kamu tetep punya hati nurani kan?” Tanyanya membuatku tercekat. “Jangan bikin aku kere di Jogja, ya. Ngerjain orang ulang tahun harus tetap menggunakan perikemanusiaan!”
Aku tergelak mendengarnya. Adit memang sedang berulang tahun hari ini. Tepat dengan liburan sekolah. Ketika dia tanya aku minta di kasih pajak ultah apa, aku minta liburan ke Jogja. Dan di luar dugaanku – dia menurutinya.
“Ngga janji, Bos!” Godaku. Adit tersenyum kecut.
“Oiya, Ra. Inara itu artinya apa?” Tanya Adit tiba-tiba.
“Emm, Inara itu gift from heaven.” Jawabku.
“Waw. Kamu tau?”
“Apa?”
“Hadiah dari surga merupakan sesuatu yang benar-benar istimewa, Ra! Dia butuh cahaya matahari untuk menerangi dan menghangatkannya! Dia harus jatuh pada seseorang yang benar-benar berhak memilikinya!” Tutur Adit penuh antusias. Suaranya begitu lantang – membuat seisi kereta menoleh ke arahnya.
Aku tidak menyangka bahwa ia bisa menirukan gaya berceritaku ketika memaparkan setiap imajinasi yang baru saja hinggap. Kupikir hanya orang-orang konslet yang tidak malu memaparkan khayalan di depan umum dengan suara lantang. Rupanya orang normal yang tak lain merupakan idola adik-adik kelas – tak malu melakukannya. Atau mungkin dia sudah tertular kekonsletanku?
“Bagaimana kalau seseorang yang berhak mendapat hadiah itu adalah matahari yang selama ini menyinari dan menghangatkannya?” Tanyaku lirih.
“Memang itu yang kuharapkan.” Jawabnya cepat, tetap lirih dan tenang.
“Lalu?” Tanyaku.
“Kamu harus mau untuk selalu kusinari dan kujaga.”
“Harus mau?”
“Jangan banyak tanya, Inara! Kamu mau kan?”
Aku kembali tergelak melihat rautnya. Tiba-tiba wajah Adit memucat, dan keringat bercucuran. Tangannya mencengkeram kuat sisi kamera.
Kukeluarkan kado berbalut kertas warna merah. Kuangkat perlahan tangan kanannya – kemudian kuserahkan kadoku.
Perlahan ia buka kotak yang kuberikan. Ia kaget begitu melihat novel dengan cover berukir namaku.
“Sejak kapan kamu mulai menulisnya?” Tanya Adit.
“Ah itu ngga penting. Sekarang kamu buka epilognya. Ada dialog yang memang aku sampaiin buat kamu di sana.” Kataku, diapun menuruti.
Ia buka halaman akhir, lalu kutunjuk dialog yang kumaksud.
“Mama bilang, cewek ngga boleh beliin barang macam-macam buat cowok. Jadi aku bikin sendiri hadiah ini buat kamu. Selamat ulang tahun, ya. Selama kamu tetap menjadi dirimu yang sekarang ini, akupun tetap menjadi milikmu. Selalu.”
Adit menutup cepat novel itu. Ia balikkan badannya ke arahku. Jantungku berdegup kencang. Kereta api serasa bergoncang dahsyat. Dia sukses membekukanku detik ini.
“Aku serius dengan ucapanku tadi. Kamu juga serius dengan dialog yang tertulis di sini, kan?” Tanya Adit, matanya terlihat penuh harap.
“Kalau kamu serius, tentu aku juga serius.” Jawabku mencoba tetap tenang.
Mata Adit seketika berbinar. Kali ini sosoknya benar-benar bersinar. Melebihi sinar matahari di luar sana. Dan sinar itu telah menjadi milikku sekarang!
“Nanti begitu sampai di Stasiun Tugu, aku bakal teriak kalau aku berhasil dapetin Inara!” Cetusnya.
“Jangan! Kamu mau bikin malu aku?” Kesalku.
Adit hanya diam memandangku yang sedang bersungut-sungut. Tiba-tiba ia angkat tanganku dan hampir saja menggigitnya. Cubitanku mendarat sempurna di lengannya. Kamipun larut dalam tawa lepas di antara terpaan sinar matahari dari balik jendela kereta.

(Sumber: http://cerpen-terbaru.blogspot.com/2013/09/cerpen-sahabat-jadi-cinta-matahari-inara.html)

Sabtu, 22 November 2014

Sahabat

Dulu kau dan aku selalu bersama
Dulu kau dan aku selalu tertawa
Dulu kau dan aku berbagi suka dan duka bersama
Dulu kau dan aku selalu bercanda

Tapi entah kenapa kau mengkhianatiku

Dan menusukku dari belakang
Mengapa engkau sebegitu teganya padaku
Apakah engkau melupakan janjimu yang telah terucap dari bibir manismu

Kau mengkhianatiku seolah kau tak mengenalku lagi

Kau mencintai orang yang sama denganku
Tapi kau seolah tak menyadari bahwa aku juga mencintai dia

Kini engkau hanya tinggal bayangan

Kini kau telah bahagia bersamanya
Terlihat jelas diwajahmu kau tampak bahagia

Wajahku memperlihatkan perasaan bahagia

Namun hati ini sungguh sakit
Saat melihatmu bersama dirinya

Tuhan…

Tolong sadarkanlah dia
Bahwa dia telah menyakiti sahabatnya sendiri
Dan semoga dia bahagia bersama orang yang dicintainya

(Ciptaan : Ni Puthu Hayu Hayomi)

Puisi Rindu Sahabat

Disini..Sepiku mengingatkanku kembali pada 1 kenangan.
Tentang indahnya kebersamaan,
Tentang sedihnya perpisahan.
Sobat..
Tak terasa kini kita tlah jauh..!
Rasanya baru kemarin kita berbagi canda, tawa dan tangis..
Tapi kini??
Hanya berupa segenggam debu penuh makna
Ku rindu dengan senyummu sob,,
Ku rindu dengan pelukan saat kita bersama..
Maafkan aku yang kiranya tak sengaja tlah menyayat hatimu.
Dan tersenyumlah seindah senyum yang pernah kau tebarkan.
Seindah kebersamaan kita..

(Ciptaan: Sri Wahyuni)

Puisi Untukmu Sahabat

Sahabat sejatiku
janganlah kau lupakan aku
walau langkahmu menjauh dariku
aku kan mencoba mengerti itu

sahabat sejatiku
walau tak selamanya kita bersatu
kan ku simpan dalam kalbu
semua kenangan dan juga wajahmu

sahabat sejati
tak akan pernah ingkar janji
walau apapun yang terjadi
semoga kau tetap di hati

(Ciptaan: Sudrajat Subagya)

Selasa, 11 November 2014

SAHABAT TUK SELAMANYA


(Annisa Lala)

Telah lama kau menemani
Langkah kaki disepanjang perjalanan hidupku ini
Kau adalah bagian hidupku
Dan aku menjadi bagian hidupmu

Kau seperti angin di bawah sayapku
Sendiri ku takkan seimbang
Terkadang aku pun bertanya
Apa jadinya bila dirimu tak ada di jiwa & ragaku?

Sahabat.
Jangan kau pergi dariku!

Selasa, 04 November 2014

Tentang Sahabat

Apa yang kita alami demi sahabat kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang, seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti-diperhatikan-dikecewakan-didengar-diabaikan-dibantu bahkan ditolak. Namun semua itu tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Kerinduannya adalah menjadi bagaian dari kehidupannya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egois.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.

Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Mempunyai satu sahabat sejati jauh lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.